Google

Saturday, June 30, 2007

Vaksin Penyebab Autis

Cerita ini saya dapat dari email istri saya, jadi mungkin bisa benar bisa juga tidak. Tapi bagi saya sendiri tak ada salahnya untuk mengambil hikmah dari cerita ini dan lebih berhati-hati. Dan ada baiknya jika melakukan cek silang dengan melihat buku yang dimaksud dalam cerita ini untuk mengecek kebenaran informasinya.

“Buat para pasangan MUDA, om dan tante yang punya keponakan atau bahkan calon ibu perlu nih dibaca tentang autisme.
Bisa di share kepada yang masih punya anak kecil supaya berhati-hati.
Setelah kesibukan yang menyita waktu, baru sekarang saya bisa dapat waktu luang membaca buku “Children with Starving Mind” (Anak-anak dengan pikiran yang lapar-red.) karangan JaquelynMcCandless, MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo.

Ternyata buku yang saya baca beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50.000,- itu benar-benar membuka mata saya, dan sayang, sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27 bulan-1 tahun 3 bulan) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder.

Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis. Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 – Februari 2002), Joey memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B dan 3 kali suntikan vaksin HIB. Menurut buku tersebut (halaman 54 – 55) ternyata dua macam vaksin yang diterima anak saya dalam 6 bulan pertam hidupnya itu positif mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990-an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akhir tahun 2001. Alangkah sedihnya saya, anak yang saya tunggu kehadiranyya selama 6 bulan, dilahirkan dan divaksinasi disebuah rumah sakit besar yang bagus, terkenal dan mahal di K*****, T*****, dengan harapan memperoleh treatment yang terbaik, ternyata malah “diracuni” oleh merkuri dengan selubung vaksinasi.

Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak menderita autisme yang parah. Tetapi tetap saja, smapai sekarang dia belum bicara, harus diet pantang gluten dan casein, harus terapi ABA, Okupasi dan nampaknya harus dibarengi dengan diet suplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya. Melalui email ini saya hanya ingin menghimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat Departemen Kesehatan, tolonglah baca buku tersebut diatas, dan tolong musnahkan semua vaksin yang masih mengandung Thimerosal. Jangan sampai (dan bukan tidak mungkin sudah terjadi) sisa stok yang tidak habis di Amerika Serikat tersebut dieksport (dijual-red.) dengan harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke Puskesma-puskesmas seperti contohnya vaksin Hepatitis , yang sekarang sedang giat-giatnya dikampanyekan sampai ke pedesaan. Kepada para orang tua, marilah kita bersikap proaktif dan asertif dengan menolak vaksin yang menganduing Thimerosal tersebut, cobalah bernegosiasi dengan dokter anak kita, minta vaksin Hepaitis B dan HIB yang tidak mengandung Thimerosal.

Juga tolong email ini diteruskan kepada mereka yang akan menjadi orang tua, agar tidak mengalami hal yang sama seperti saya. Sekali lagi jangan sampai kita kehilangan satu generasi anak-anak penerus bangsa, apalagi jika mereka datang dari keluarga yang berpenghasilan rendah yang untuk makan saja sulit apalagi untuk membiayai biaya terapi, suplemen, dokter ahli autisme (yang daftar tunggunya sampai berbulan-bulan), yang besarnya sampai jutaan rupiah per bulannya.

Terakhir, mohon doanya untuk Joey dan ratusan bahkan ribuan teman-teman senasibnya di Indonesia yang sekarang sedang berjuang membebaskan diri dari belenggu Autisme”

No comments: